Saturday, January 17, 2009

WHEN YOU FEEL LIKE IN HELL, WELL…YOU’RE NOT (THERE YET)

My life has gone up and down like a rollercoaster without me knowing why. Perhaps it’s the karma I have to live with. I believe I’ve done a lot of such terrible things that I deserve this kind of fortune.
Tanggal 31 Desember 2008 mungkin adalah tanggal yang bersejarah buat banyak orang ga terkecuali saya. Saya diterima jadi CPNS!!! HA… What a blast!! Semua orang tiba-tiba pada over-excited karena prestasi itu. Terus terang saya juga seneng banget, pasti saya bakal bisa bikin bangga and bahagia ortu saya. Saya juga ga perlu berpikir masalah kesulitan di hari tua coz pasti semuanya bakal bisa teratasi dengan diterimanya saya sebagai PNS nanti.

THE FIRST PROBLEM.

Tiba-tiba saya udah ga bole lagi ngajar di tempat yang selalu saya impi-impikan. Saya bisa saja cerita panjang lebar dan luas tentang kronologinya, tapi kayanya itu bukan untuk konsumsi publik. Saya ga mau dipermalukan di depan umum, jadi saya juga ga akan menjelek-jelekkan siapa pun di sini. Yang pasti: SAYA SUDAH GA BISA LAGI KETEMU MUKA dengan murid-murid saya lagi di kelas.

Padahal, buat saya murid-murid adalah satu-satunya hal yang bisa menjungkirbalikkan dunia saya. Mungkin cliché, tapi saya menyayangi mereka. Waktu saya sedih, merekalah yang bisa membuat saya merasa lebih baik. Dan mereka selalu membuat saya menjadi diri saya sendiri. Itu yang terpenting. So, tanggal 8 Januari 2009: hari pertama saya tidak bertemu muka dengan murid-murid saya. Dengan penuh rasa malu saya bilang, paginya saya langsung jatuh sakit. Saya tidak pernah menyesali keputusan saya, walaupun itu berarti saya tidak boleh lagi bertemu dan berbicara dengan murid-murid saya di kelas.

THE SECOND PROBLEM.

Jam 11 pagi menjelang siang, saya memutuskan untuk berhenti menangis dan mulai beraktivitas lagi. Tugas lain sudah menunggu. Hari itu saya dipanggil buat siaran. Tapi ternyata, radio tempat saya siaran tidak menginginkan seorang CPNS ada di kantor dan menghabiskan anggaran. Mereka bilang: kan kamu nanti bakal dapat duit lebih banyak, Ar.

Astaghfirullah…

Yang menyakitkan lagi adalah teman-teman, baru bulan lalu saya mengajukan pengunduran diri ke manajemen, dan mereka serta-merta menolak. Dan sekarang dengan mudahnya mereka meminta saya segera angkat kaki hanya karena nama saya tercantum di halaman Radar Semarang sebagai salah satu kandidat CPNS.
Sebegini burukkah citra seorang CPNS di mata orang banyak?

THE HELL.

Tanggal 8 Januari 2009, tanggal hoki yang penuh kesialan ini membuat saya jadi pingin rasanya mundur saja dari CPNS. Keluar dari semuanya dan pulang ke rumah ortu, kembali masuk ke zona nyaman yang sudah lama saya tinggalkan.
Ketika saya sedang mengetik surat pengunduran diri ke radio (sambil merasa menjadi orang termalang di dunia), tiba-tiba seorang teman duduk di sebelah saya. Teman-teman, pren saya ini barusan kehilangan ibundanya tercinta, padahal 2 tahun sebelumnya dia habis kehilangan ayahnya. Dan dia baru berumur 19 tahun!!! Di umur semuda itu sekarang dia menjadi orangtua dari kedua adiknya yang ada di SMA. Ini dia cerita teman saya yang baru berumur 19 tahun itu.

“Mbak Ardi, kemaren adikku telpon. Katanya uang pensiunan ibu (uang itu adalah satu-satunya tempat mereka bergantung) yang seharusnya berjumlah *** (saya sensor ya…) ternyata tinggal 100rb rupiah. Padahal ibuku ternyata dulu meninggalkan tanggungan premi asuransi 800rb rupiah perbulannya. Bulan ini aku juga harus registrasi, yang berarti aku harus bayar SPP. Adikku juga harus bayar SPP sama beli LKS-LKS sama buku baru coz sekarang kan semester baru. Tapi Alhamdulillah mbak, kemaren waktu taon baru aku dapet job ngMC di Horrison dapet 750rb.”

Teman-teman, saya selalu berjanji pada diri sendiri untuk ga akan nangis hanya gara-gara masalah keuangan or masalah kerjaan. Tapi cerita nyata dari temen saya bikin saya nangis bombay tambah keculeg. Saya ga tau harus ngomong apa. Selama ini gaji saya habis buat tabungan, asuransi kesehatan, duit kos dan tentu saja belanja-blanji ga penting!!!

Dan sekarang saya merasa yang paling malang, paling miskin sedunia!!!! Padahal kalo saya butuh bantuan, kedua orangtua saya bakal selalu siap mengulurkan kedua tangan mereka. Ya Allah…ternyata saya begitu ga berarti. Baru cobaan setitik saja saya sudah meraung, menangis seperti sekarang. Sementara ada jutaan orang yang lebih pantas menangis saja tetep bertahan dan ga mengeluh.

“Jadi mbak Ardi, jangan sedih ya. Setiap orang pasti dapet cobaan, tapi Tuhan ga pernah tidur kog, mbak. Pasti ada jalan keluarnya. Toh mbak Ardi sekarang sudah punya pegangan, sekarang mungkin mbak Ardi kehilangan semuanya. Tapi di waktu lain, pasti semuanya bakal terbayar, mbak.” Dan jadilah kami berdua nangis seperti habis nonton sinetron Yasmin…pff…

Intinya teman-teman, waktu kita merasa berada di neraka, yakinlah. Kita masih blom ada di sana. Kita masih diberi kesempatan untuk menyelamatkan diri, to survive…

(Teruntuk: semua muridku dan Resha Pradipta, my angel.)